Kisah Inspirasi – Shodaqoh

Ceritera seorang Ibu yg dapat dijadikan inspirasi…
Sebuah motivasi indah bagi kita semua…

Suatu malam setelah maghrib, saya mengendarai kendaraan ke rumah. Tiba-tiba rasa nyeri menyerang hingga saya menepikan kendaraan…
Berhenti sejenak menunggu rasa nyeri berkurang, saya berusaha mengalihkan pikiran dengan melihat sekeliling.
Tiba-2 kaca mobil saya diketuk seorang anak. “Bu… Ibu mau parkir? Saya bantuin untuk parkir ya….” katanya.
“Belum sekarang, saya mau istirahat dulu,” jawabku.
“Kalau gitu Ibu punya uang 2000?” tanya anak itu.
Karena saya sedang tidak mau diganggu, saya buru-buru serahkan uang itu. Saya pikir anak ini mungkin cuma mau minta-minta.
Saya amati anak itu. Dia mendekati tukang gorengan lalu membeli beberapa. Kemudian gorengan itu dia berikan pada sesosok tua yang duduk di bawah tiang listrik.
Ketika dia melewati samping kendaraan saya, saya buka kaca dan memanggilnya. “Eh… mas .. . Sini… Itu siapa?” tanya saya.
“Gak tau bu… Bapak-bapak tua… Saya juga baru saja ketemu” jawabnya.
“Loh, tadi kamu minta uang ke saya beli gorengan kenapa dikasihin ke bapak itu?”
“Oh… Saya tadi duduk di situ, ngobrol sama bapak itu. Bapak itu katanya puasa… Tadi saya lihat buka puasanya cuma minum…. Katanya uangnya habis. Hari ini saya nggak jualan koran… Tanggal merah bu.. . Jadi ngak punya uang.. . Saya ada 1000, kalau beli cuma 1 kasihan nggak kenyang. Makanya saya minta ibu 2000. Biar dapat 3…. Ibu mau parkir sekarang? Saya bantuin parkir ya bu… Ibu kan udah bayar. Kalau saya sebenernya bukan tukang parkir,” katanya tertawa sambil garuk garuk pipinya.
Saya terdiam. Tadi saya pikir anak ini pengemis seperti anak-anak yang biasa mangkal di jalan. Ternyata saya salah besar. “Terus uang kamu habis dong, mas?” tanya saya.
“Iya bu… Nggak apa-apa… Besok bisa jualan koran… InsyaAllah ada rejekinya lagi.”
“Kalau gitu Ibu ganti yaa uang mas … Sekalian buat jajan…” kataku meraih dompet di jok samping.
“Nggak usah, Bu… Jangan… Ibu saya sebetulnya melarang saya minta-minta. Makanya saya tawarin Ibu parkirin mobil Ibu. Soalnya tadi saya kasihan bapak itu aja. Cuma saya bener-bener nggak punya uang,” cerocosnya lagi.
“Eh Ibu minta maaf yaa tadi salah sangka sama mas… Kirain mas tukang minta-minta,” kata saya merasa bersalah.
“Saya yang minta maaf, Bu… Saya jadi minta uang duluan sama Ibu.. Padahal saya belum kerja.”
“Sama – samalah… Ini ambil uangnya… Ini kamu nggak minta, Ibu yang beri,” kataku.
“Nggak, Bu.. Makasih…. Ibu mau parkir sekarang?” tanyanya lagi.
“Nggak mas… Ibu nggak usah dibantu parkir,” kataku.
“Beneran, Bu? Soalnya saya mau jemput adik saya ngaji dulu bu… Takut nangis kalau kelamaan telat jemputnya…”
“Udah, sana jemput aja adiknya…” kataku tersenyum.
“Makasih yaa, Bu…” katanya setengah berlari. Meninggalkan saya yang termangu.
Saya menoleh ke tiang listrik, bapak tua itu sudah pergi. Saya Iihat dari spion mobil, anak itu berjalan setengah berlari.

Sahabat, di luar sana banyak orang tidak seberuntung kita, tapi mereka masih memikirkan sesama, masih berusaha bersedekah dan sangat yakin akan jaminan rezeki.

Terima kasih untuk pelajaran hari ini, Nak… Semoga hidupmu berlimpah berkah dan rezeki.

Saya starter kendaraan dan melaju pelan-pelan menuju rumah. 😭😭😭

Batu Besar

by : safruddin

Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manajemen waktu pada para mahasiswa MBA.

Dengan penuh semangat ia berdiri depan kelas dan berkata, “Okay, sekarang waktunya untuk quiz.”

Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Kemudian ia mengisi ember tersebut dengan batu

sebesar sekepalan tangan. Ia mengisi terus hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan ke dalam ember.

Ia bertanya pada kelas, “Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?”

Semua mahasiswa serentak berkata, “Ya!”

Dosen bertanya kembali, “Sungguhkah demikian?”

Kemudian, dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember lalu

mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu.

Kemudian, sekali lagi ia bertanya pada kelas, “Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?”

Kali ini para mahasiswa terdiam. Seseorang menjawab, “Mungkin tidak.”

“Bagus sekali,” sahut dosen.

Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong

antara batu dan kerikil.

Sekali lagi, ia bertanya pada kelas, “Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?”

“Belum!” sahut seluruh kelas.

Sekali lagi ia berkata, “Bagus. Bagus sekali.”

Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember.

Lalu ia menoleh ke kelas dan bertanya, “Tahukah kalian apa maksud illustrasi ini?”

Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, “Maksudnya adalah, tak peduli seberapa padat jadwal kita,

bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya.”

“Oh, bukan,” sahut dosen, “Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari illustrasi mengajarkan pada kita bahwa:

Bila anda tidak memasukkan batu besar terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya.”

Apa yang dimaksud dengan “batu besar” dalam hidup anda?

* Anak-anak anda
* Pasangan anda
* Pendidikan anda
* Hal-hal yang penting dalam hidup anda
* Mengajarkan sesuatu pada orang lain
* Melakukan pekerjaan yang kau cintai
* Waktu untuk diri sendiri
* Kesehatan anda
* Teman anda

Ingatlah untuk selalu memasukkan “Batu Besar” pertama kali atau anda akan kehilangan semuanya. Bila anda mengisinya dengan

hal-hal kecil terlebih dahulu, maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak

perlu. Karena dengan demikian anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya anda perlukan untuk hal-hal besar dan

penting.

Oleh karena itu, tanyalah pada diri anda sendiri: “Apakah ‘Batu Besar’ dalam hidup saya?” Lalu kerjakan itu pertama kali.

Note :

Niat baik janganlah ditunda, lakukan semua menurut prioritasnya dahulu.

4 lilin

posted by safruddin

Ada 4 lilin yang menyala,

Sedikit demi sedikit habis meleleh.
Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah
percakapan mereka

Yang pertama berkata: “Aku adalah keindahan.” “Namun
manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku
mematikan diriku saja!”
Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
Yang kedua berkata: “Aku adalah Kasih Sayang.” “Sayang aku
tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku,
untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.”
Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:”Aku adalah
Cinta” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.”
“Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku
berguna.”
“Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang
mencintainya, membenci keluarganya. “
Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin
ketiga.

Tanpa terduga…
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan
melihat ketiga Lilin telah padam.
Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh
apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku
takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.
Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:
Jangan takut,
Janganlah menangis,
selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat
selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:

Akulah H A R A P A N “
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin
Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin
lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah H A R A P A N.
yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita
semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak
tersebut, yang dalam situasi apapun mampu
menghidupkan kembali Keindahan, Kasih Sayang
dan Cinta dengan HARAPAN-Nya…

Note :

Harapanlah yang membuat orang untuk lebih baik lagi, dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Jadi jangan padamkan semangat dan harapanmu untuk hidup yang lebih baik…